Harta, Tahta, Margaretha

  • Hello!
  • Twitter
  • Ask.fm
  • Instagram
Home Archive for 2024

 “Kamu udah ngantuk?” he asked


“Belom..” she replied, and lied.


He continued his story. 


Silence. And she fell asleep again. He giggled knowing this will happen. Even after a rough day, she was willing to make time for him.


….


It was never a plan, she wasn’t expecting to meet him either yet he came. He just happened and suddenly life is worth living again. The stealing glances, the laughters, the awkward moment after a light smooch on the cheek, the memories they shared, it was something she wants to keep forever.


She hopes he knows that he heals her just by being by her side. She really appreciate this man and he is more than enough. She couldn’t ask for more. She’ll be forever grateful to the universe for letting him into her life.


This is the moment she realised she’s falling in love again. He brought out her soft side she never knew she had. This man had no idea how he keeps her heart safe. He’s the kind who’s both the spark and the calm. He knows when to lead and when to listen. His laughter feels like warmth, his presence steady, and with him, life seems brighter—and simpler. He makes love feel easy; like coming home.


He had no idea he made she cried the emotion she didn’t understand. Because finally, she holds something beautiful in her hands—a kindness, a love, a gift that feels just for her. She’s overwhelmed, her heart full in a way she never expected. For the first time, the pain feels worth it, like every broken piece has found its place. She smiles through tears, grateful and amazed, knowing this moment is one she’s awaited for all along.


… 


She is me, I am she. And he’s the man who checks all the boxes. ❤️

 



 “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day. 


“Iya tau nanti semua bakal kebayar. Tapi kapaaaan????” — me keep mumbling to myself after a super tiring day.


…


“Ih itu pergi makan ma siapaaa?” — my friends asking me after me posting food pic for two.


“I wish you the happiest after this. You deserve all the goodest thing in the world, Tha.” — my closest friends keep saying to me. They know how hard life was, yet still there. I owe you guys much.



…



Life’s been hard. I keep crying. Life after breakup is complicated. Kadang abis nangis, liat kaca, and I’m asking myself “cakep gini, nangis?”. Kadang, justru kebalikannya. “what if I was easier to be loved?” “what if I could be calmer?”



Life’s been hard. Iya sih, tapi ternyata Tuhan kasih aku banyak teman-teman baru yang baik hati, lingkungan yang menyenangkan. Semua doa terkabul, semua sakit hati terbayar. Ternyata, aku nggak sendirian. 


…



Nggak pernah tuh kebayang, ternyata bisa juga aku happy begini, setelah banyak kejadian yang bikin aku mikir ribuan kali untuk melangkah. Nggak pernah tuh kebayang, aku bisa nyengir lebar banget sekarang. Udah nggak perlu takut posting instagram story, udah nggak perlu takut nunjukkin kalo lagi kasmaran dan bucin sekali. Nggak pernah tuh kebayang kalo ternyata aku bisa jelasin lagi ke orang baru kalo aku suka nugget McD dicocol ke ice cream vanilla. Nggak pernah tuh kebayang kalo aku bisa punya teman-teman perempuan yang ternyata sangat supportif. Nggak pernah kebayang juga kalo aku akan ada di momen menangis ketika berdoa, bukan lagi tangis pilu, tapi tangis haru..



…


Menyenangkan sekali, hidup dengan sedikit demi sedikit terlepas dari lingkaran overthinking. Menyenangkan sekali, hidup dengan menikmati apa yang terjadi sekarang. Menyenangkan sekali, berbagi cinta ke orang-orang terdekat. Menyenangkan sekali, hidup dikelilingi orang-orang supportif. Menyenangkan sekali, hidup setelah bisa pasang boundaries untuk diri sendiri. Menyenangkan sekali, tidak perlu denial lagi ketika sedang happy, tidak perlu takut “nanti pasti sedih lagi.” karena if happiness is temporary, so do the sadness. I just wanna enjoy the present, dan kalo memang saat ini waktunya berbahagia, then be it. Let’s be happy, I wanna share the love.


….



Bener, Tuhan maha membolak-balikkan hati. Nggak ada yang tau, orang yang beberapa waktu lalu nangis dan ngomong “kayaknya nyerah aja deh..” sekarang bisa ketawa lebar sekali, hangat sekali. Ternyata, selama ini langit sore tuh warnanya pink agak orens, cantik sekali. Kayaknya aku baru sadar, selama ini aku kira langit sore warnanya selalu kelabu.




“Ternyata, hidup begini banget tuh hadiahnya….ini.”

"Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy."


"Jangan terlalu mandiri biar bisa dapet cowok dengan masculine energy"


"Go find a rich man and become pilates trophy wife."


....


Akhir-akhir ini sering banget muncul di fyp tiktok, di timeline twitter juga, about how feminine energy could change you. Mungkin statement-statement di atas agak terlalu harsh, but the thing is; why is it always about man?


....


I was born in 1995, that makes me one of the millennials. Seinget saya, dulu tuh perempuan berlomba jadi a girlboss, they can do whatever they want to do. Dulu, saya kalo liat perempuan sekolah lagi, punya karir oke, dandan cantik, ugh keren sekali. I want to be her, with that energy. Tapi sepertinya sekarang sudah agak bergeser, ya..


...


"Jangan terlalu mandiri, biar bisa dapet cowok dengan masculine energy."


"Coba belajar pakai feminine energy deh, biar gampang dideketin cowok.."


Again, why is it always about male attention? 



...



Here, I remind you. A man is basically a human being. They can have their own preference, they have their feeling, they have their own mindset. Kalau memang belum ada yang datang, ya mungkin memang belum waktunya saja.


And it's okay if you gotta improve yourself to be that "feminine energy". It's nice to be a nice person. It's good to be a calmer person. The thing is, be a better version of you, for you. For the future you. Not for a man. Not for anyone else. For you.

Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umur 21-22. Saat itu sih saya pikir udah berat banget, ternyata nggak ada apa-apanya dibanding yang saya rasain di umur 29 ini.


“Pagi sampe sore kerja udah kayak nggak ada apa-apa, pulang nyampe rumah nangis sampe ketiduran di lantai, besoknya kerja lagi ketemu banyak orang ketawa-tawa. Gila, keren juga yah kalo dipikir-pikir..”


….



Hehe, yang barusan cuma intermezzo aja. Iya, saya (masih) nggak baik-baik aja. Kadang, saya bisa ngaca sambil ngomong “cakep gini kok nangis!”, kadang, saya nggak punya energi bahkan hanya untuk sekedar membuka mata. Kadang, saya merasa saya baik-baik aja. Kadang, saya merasa hidup saya kok ngenes banget yah. Kadang, saya merasa siap to rock the world. Kadang, saya nggak sanggup buat muncul kembali ke dunia nyata. Patah hati tuh efek begininya sampai berapa lama sih? Penasaran deh abis ini bakal kayak gimana yah?



Saya akhir-akhir ini lagi suka baca buku yg ada self-love self-love nya. Dari hampir semua buku yang pernah saya baca, semua ngomong “be happy with your own presence”, “you are your own company”, “you don’t need another person to be happy”, “you have to heal to love yourself”, yada yada yada..



Gara-gara itu, saya jadi inget waktu saya lagi capek banget sendirian. Saya capek jadi single, saya nggak suka karena merasa nggak ada yg nemenin. Saya pengen ditemenin. Saya capek apa-apa sendiri. Saya nggak suka sendirian. Dari kecil saya selalu sendirian, saya nggak pengen sendirian terus. Saya pengen ditemenin, saya pengen disayangin.


Kalau banyak buku nulis,


“You should focus on loving yourself.”



But I do love myself.



“Then why do you need a relationship?”


….


Well, sepertinya self-love bukan pengganti romantic love yah. Saya bisa terima saya single, tapi saya nggak suka, dan saya capek sendirian. I love myself and crave romance at the same time. Self-love will never replace human connection or romantic love. We aren’t meant to be alone all the time. 



Saya juga pengen punya seseorang yang bisa saya andalkan, karena saya capek mengandalkan diri saya terus menerus. Saya pengen tau rasanya disayang, saya pengen tau rasanya dijadikan tujuan pulang after a rough day. Saya pengen tau rasanya ditemenin, karena saya nggak suka sendirian. Saya pengen tau rasanya bersandar, karena selama ini saya harus berdiri sendiri, apapun yang terjadi. Saya pengen tau rasanya menjadi vulnerable, karena saya capek harus menopang diri terus menerus..



People think that wanting romantic love means I don’t see myself as enough. I am enough, and I love myself a lot more than I used to, but I still want the smooches tho. I love being alone and loving myself, but I wanna share my love with someone, someday.



 Kata orang,

"When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics."

Same goes to me.


Kata orang,

"Wangi parfum setitik, rusak move on sebelanga."

Same goes to me.


...


Malam ini, spotify saya nggak sengaja muterin satu lagu lama, yang saya suka banget. Dan iya, dulu saya suka aja lagu itu tanpa pengen tau artinya. Sekarang, setelah saya denger-denger ulang, lagu ini...sedih banget. Kayak saya belakangan ini.


"I try to say goodbye and I choke,

try to walk away and I stumble.."


Iya, ternyata saya masih patah hati. 


Dulu, kami pernah saling kirimkan tulisan tangan yang isinya "the reason why I love you.", biar kami tetep ingat bahwa kami dicintai, bahkan ketika kami membenci diri kami sendiri. Sampai sekarang, tulisan itu masih saya simpan, for both sides. Sering saya baca ulang, dan saya masih senyum-senyum sendiri tiap baca. Cringe banget, tapi saya suka. Buat saya yang punya masalah self-esteem, yang kayak begini berhasil bikin saya pede lagi. Ternyata, saya masih kesandung, berkali-kali. 


.....


Kata orang, ada namanya grief phase, fase berduka, waktu patah hati. Saya nggak ngerti, grief phase itu yang bagaimana? Bagian saya nangis berhari-hari sampai bikin mata saya bengkak? Yang foya-foya hamburin uang beli barang mahal biar saya nggak merasa kesepian? Yang minum banyak alkohol sampai bikin temen-temen saya kerepotan? Yang mana? 


...


"I play it off,

but I'm dreaming of you.

And I'll keep my cool,

but I'm feigning."


....


Mungkin, sekarang saya lagi ada di grief phase. Saya masih suka sedih kalau inget yang udah-udah. Saya kadang masih senyum-senyum kalau liat video obrolan random kami di mobil, di perjalanan mau cari makan malam. Saya kadang masih kesel kalau inget how he treated me. Saya kadang masih suka pamerin keceriaan saya, padahal saya lagi remuk sekali. Saya kadang masih suka pura-pura tenang, padahal rasanya saya pengen nangis kenceng banget. Kadang, kalau lagi bener, saya bersyukur karena pernah sengotot itu buat mencoba memulai kembali. He helped me found the brightest version of me, somehow.



Kata orang, memang harus bisa sendiri. Nggak menggantungkan kebahagiaan sama orang lain. Memang berat, tapi harus bisa. Kata orang, simpen sedihmu sendiri. Jangan sampai mereka tau kamu lagi nggak baik-baik saja. 



...well, kalau bisa berdua, kenapa harus sendirian? Dan kalau emang patah hati, kenapa harus ditutupi? Hopefully, nanti happy lagi. Because the grief won't pass...it's just our heart getting bigger.



Oh ya, judul lagu yang lagi saya dengerin dari Macy Gray -- I try. Enjoy the lyrics! :p


Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya senang, saya sedih, saya nangis, saya marah, saya kecewa. Semua ada. Nggak, saya nggak cengeng. Saya gampang happy, saya gampang sedih juga. Mungkin lebih tepat dibilang receh kali ya.


Saya nangis karena hal yang terulang kesekian kali, setelah bertahun-tahun lamanya. Saya tetep nangisin hal kecil, saya tetep kecewa dengan hal remeh. Mungkin karena saya masih manusia ya, nggak tau lagi kalo besok jadi bidadari, auto nggak sedih-sedih lagi.


Minggu ini, saya hampir setiap hari nangis. 


Hari pertama, saya nangis karena patah hati dengan perkara yang itu-itu aja. Kecewa aja, bahkan beberapa kali saya self-questionning. Am I worthy? Am I worthy for a struggle? Am I worthy to be loved? Am I a good partner? And a lot of “am i?” yang lain. Saya nangis sampai ketiduran. Paginya, saya bangun dengan keadaan tangan dan kaki yang dingin, mata bengkak, rambut berantakan, seperti nggak bernyawa.


Hari kedua, saya masih nangis. Tapi kali ini beda. Saya nangis karena saya merasa ketemu diri saya yang saya cari selama ini. Tanpa saya sadari, ternyata saya bisa balik ke bucin mode yang saya idamkan selama ini. Patah hati kemarin bikin saya sadar kalau ternyata saya bisa lho, kembali lagi mencintai orang sedalam itu, sampai bikin saya patah hati lagi.


Kayak yang dulu pernah saya tulis, saya kangen saya yang bucin. Mau nantinya berbalas atau nggak, yang penting saya ketemu saya yang dulu. It’s not about you, it’s about me, reconnecting with the lovely me. Mau nantinya patah hati lagi, yang penting saya udah coba, yang penting saya udah kasih tau dunia kalo saya jatuh cinta. Oh, I love a lovely me. Hangaaaat, sekali. ♥️





 (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..)


Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but somehow I never been this good before. Oh, I love a happy me. She's so pretty.


...


Saya nulis kali ini sambil dengerin lagu-lagu Korea (yang saya nggak ngerti judulnya lol), cuma bawaannya bikin saya senyum-senyum aja, bikin saya happy. Akhir-akhir ini saya happy, girang banget kayak ketemu temen lama. In another word, saya berhasil reconnect sama diri sendiri yang saya kangenin itu. Kalo kata gen Z yang saya liat di tiktok, yang kayak gini judulnya romanticizing life.


Tapi bukan ini yang mau saya omongin kali ini. Kali ini, lebih menyenangkan. Saya ketemu orang-orang baru, yang bikin keadaan lebih menyenangkan, yang bikin hidup (yang gini-gini aja) jadi lebih enjoyable. Saya rutin ketemu psikolog dan terapi buat memperbaiki kualitas diri. Saya rutin ketemu pacar because gossiping with your boyfriend is a top tier level of fun lol. Oh iya, saya punya pacar lagi sekarang. The one I met on 2018.


...


And the story goes.


...


Saya ketemu lagi dengan orang lama, yang saya kira udah saya kenal lamaaa sekali, begitu pula sebaliknya. Ternyata nggak. Semua hanya ada di pikiran. Hanya imajinasi, lol. Ternyata saya nggak kenal-kenal banget dengan dia. Same goes to him. Ternyata dia nggak kenal-kenal banget sama saya. Saya kadang masih kesel kenapa masih aja dia menyakiti karena perkara sepele, yang HARUSNYA, again, HARUSNYA dia tau kalo saya nggak suka. Saya juga masih kesel sama kelakuannya padahal HARUSNYA, saya udah tau kalau memang karakternya begini, begitu. Kadang saya masih susah mengontrol diri dan menjadi reaktif, yang akhirnya bikin dua-duanya sakit hati.


...


Ternyata, walaupun sudah saling mengenal di waktu yang relatif cukup lama, kami masih saling menyakiti. Kadang, kami pikir it was a harmless thing, but in fact, ternyata itu menyakiti orang lain. Kadang, kami nggak sadar, karena ya...we thought it was a harmless thing to do, it's just us..being us. 


...


And after all, there's one word that help me to understand. It's called accepting. A word, that change everything, is just to accept.


Accepting that it's love. And love is like that. You've been hurt, you've been disappointed. Aren't we all?

To love means to accept. Everything. Saya rasa nggak ada orang yang nggak pernah menyakiti dan tersakiti. Semua pasti pernah. Sedih dan kecewa? Go cry over it. But don't take it for too long. Start again, show your love again. Keep trying. Walapun nantinya akan menangis lagi, akan tersakiti lagi, keep trying. 

...


 Mungkin kedengarannya naif sekali, but that's how I enjoy life. I love seeing myself deeply in love again, because she seems pretty. Be bucin. Be love. Kalau nanti jatuh, it's okay to cry, and start again. 


....and accepting that is how love works. 



Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

just a girl who trying to be independent.

LATEST POSTS

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogger templates

Instagram

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2024 (7)
    • ▼  Oktober (1)
      • The man who checks all the boxes
    • ►  September (1)
      • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
    • ►  Mei (1)
      • The Energy.
    • ►  Maret (2)
      • Self-love.
      • Grief Phase
    • ►  Februari (1)
      • Hangat, sekali.
    • ►  Januari (1)
      • That One Word.
  • ►  2023 (8)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2020 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (25)
    • ►  Desember (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ► 2025 (1)
    • ► Mei (1)
  • ▼ 2024 (7)
    • ▼ Oktober (1)
      • The man who checks all the boxes
    • ► September (1)
      • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
    • ► Mei (1)
      • The Energy.
    • ► Maret (2)
      • Self-love.
      • Grief Phase
    • ► Februari (1)
      • Hangat, sekali.
    • ► Januari (1)
      • That One Word.
  • ► 2023 (8)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juli (2)
    • ► April (1)
    • ► Maret (2)
  • ► 2022 (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2021 (13)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (2)
  • ► 2020 (4)
    • ► November (2)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2019 (3)
    • ► November (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2018 (5)
    • ► Desember (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2017 (9)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (1)
    • ► Februari (1)
  • ► 2016 (25)
    • ► Desember (5)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (9)
    • ► Januari (2)
  • ► 2015 (9)
    • ► Desember (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► April (1)
    • ► Februari (2)
  • ► 2014 (10)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)

Nama

Email *

Pesan *

Search

Like us on Facebook
Follow me on Twitter
ask me anything on askfm
  • Beranda

Menu

  • Beranda

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku
  • Beranda

Latest Posts

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Harta, Tahta, Margaretha.
Designed by OddThemes