It's what we called; Human Journey.

Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang saya lalui, banyak naik dan turun kehidupan yang saya hadapi, banyak tawa dan tangis yang saya lukiskan. 

....


Saya beberapa kali datang konseling, karena merasa banyak yang perlu diperbaiki dari diri saya. Inside and outside. Physically and mentally. Saya berantakan.


...dan saya menyalahkan orang lain. Saya berantakan karena orang lain. Saya hancur karena orang lain.



...


Saya begini karena orangtua saya begitu. Saya begini karena keadaan keluarga saya begitu. Saya berantakan karena hasil dari orangtua saya yang begitu. Saya begini ini karena mantan pacar saya memperlakukan saya seperti ini, itu.


....


Saya pernah sedih sekali karena tidak diucapkan ulangtahun, karena waktu itu, pacar saya lupa sekali. Saya pernah kecewa sekali karena saya tidak pernah digandeng ketika berjalan. Saya pernah diam-diam menangis karena orangtua saya selalu meminta saya untuk jadi lebih dan lebih lagi. Saya pernah menangis dramatis karena merasa terlalu lelah menghadapi orangtua saya, yang menurut saya, konservatif.



Saya selalu bersembunyi di balik kalimat "just because you love me, doesn't mean I feel loved by you.". And it was the most unempathetic words I've ever said. 


...


Saya selalu fokus ke perasaan kecewa saya ketika tidak diingat ulangtahunnya, padahal tidak pernah ada satu pagi terlewat untuk mengucapkan dan mendoakan semoga hari itu lancar, dan semoga saya tidak lupa kalau saya spesial. Saya selalu fokus kepada saya yang sedih ketika bapak saya mulai memberi komentar tidak mengenakkan tentang saya, padahal bisa saja saya ingat bagaimana bapak saya banggakan saya di depan orang lain karena saya bisa bertahan sejauh ini, to be a breadwinner in a family. Saya fokus ke rasa sakit ketika ibu saya bilang saya tidak bisa diatur, padahal di sisi lain ibu yang paling kencang mendoakan saya.


....


Saya lupa, saya masih manusia. Saya bukan yang paling sempurna, mereka juga. Saya belajar, mereka juga. Saya lupa, saya masih manusia.


...


They made mistake, I do made mistake. Sometimes I forgot they love me the way they love me, and sometimes it's not they way I want to be loved. Sometimes I forgot, they are just a human. They are still a human. We are a human, and we are growing, blooming.



....


In the garden of existence, I bloom,
a human soul, weaving through time's loom.
With each passing season, I grow,
a tapestry of lessons, a wisdom aglow.


Mistakes, like raindrops, kiss the earth,
yet within their falls, I find rebirth.
I stumble, I falter, yet I rise.
Apologies whispered beneath starlit skies.


So I journey onward, through life's embrace.
With every step, I find a trace,
of the person I was, and who I am.
A soul learning, growing, like a delicate lamb.

To be human is to learn and grow,
To apologize when needed, let forgiveness flow.
In the vast expanse of time's great show,
I find my essence, and let my spirit glow.



Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar