Kalau dia senyum, matanya ikut tersenyum. Kalau dia happy, wajahnya merah, matanya berbinar.
She is the happy pill people talk about. Ketawa terus, girang terus. Receh, gampang terhibur. Rame, nggak pernah kehabisan bahan obrolan.
Kata orang lain yang nggak deket-deket banget sih, begitu.
….
Dia angkuh. Pemarah. Gampang emosi. Nggak sabaran. Sumbu pendek. Moody. Nggak bisa diatur, keras kepala.
Nah kalau ini, kata orang dekat. And let’s talk about this.
….
She is 30. She is a first-born. Dibesarkan dengan baik—dan mandiri. Selalu berusaha cari tahu sendiri. Jatuh sendiri, bangun sendiri. Masih ada di ingatan, awal mula lanjut sekolah dan dia merasa tertinggal dari yang lain. Nggak mau kalah, dia belajar sendiri…..lewat YouTube. Masih ada di ingatan, dia buka jasa translate abstract skripsi, karena dia suka jajan tapi nggak pengen ngerepotin orang tua. Dia perempuan yang ngotot mau segera bekerja setelah lulus kuliah, because she is the breadwinner.
“Ya gimana caranya lah pokoknya.” Konsepnya gitu.
….
Ternyata itu bikin dia merasa bisa apa-apa sendiri, nggak butuh orang lain. Bikin dia emosi kalau lihat ada yang harus minta bantuan terus menerus. “Lah guwehh dulu bisa sendiri, harusnya dia bisa lah”, berkali-kali diucapkannya.
….
Orang bilang dia keras kepala, orang bilang dia berhati keras dan galak. Orang bilang dia tidak mau dengar nasehat, orang bilang dia sulit diatur.
Mungkin orang lupa, kalau dia yang bisa diandalkan ketika situasi tidak baik-baik saja. Bagi orang lain, dia tidak bisa diatur, karena dia tahu apa yang dia mau. She’s the stubborn kid, and the resilient one. She’s loveable, you just need to see her from different point of view. She’s the one you can run to when life’s getting rough. She has the warm hug, the one support system you need.
And she is me, the girl they talk about.