Then, be it.

Hidup 26 tahun, sudah banyak emosi pernah saya rasakan. Bagaimana rasanya jatuh cinta, bagaimana rasanya hangat ketika orang lain mengingat hal kecil kesukaan saya, bagaimana rasanya hangat sebuah pelukan….dan juga tangis perpisahan. Saya pernah merasakan sedih berkepanjangan, juga tangis di balik ribuan tawa lepas yang saya bagikan. Banyak kecewa, banyak tawa, banyak air mata, banyak harapan, banyak emosi lainnya yang pernah saya rasakan… yang kemudian membuat saya lelah, dan memutuskan untuk melindungi diri.


Saya sempat beberapa kali lelah untuk merasakan kecewa berulang kali, jatuh cinta lagi, kecewa lagi, jatuh cinta lagi, begitu terus…yang kemudian membuat saya merasa saya perlu untuk menahan semua emosi. Membuatnya datar, membuatnya tenggelam. Jatuh cinta seperlunya, kecewa seperlunya, karena toh, mau seperti apapun, perasaan-perasaan itu akan kembali datang, seperti sebuah siklus. Iya, menurut saya, I’m the bitterest person.



Sampai kemudian tibalah saya di momen paling menyakitkan yang pernah saya rasakan. Iya, saya hancur. And all I can do is nothing. Saat itu, saya memutuskan tidak mau melangkah maju. Saya memilih mengenang, saya memilih mengingat semuanya. Saat itu, yang saya inginkan hanyalah sebuah kedamaian di dalam diri. Bagaimana mengundang rasa tenang ke dalam hati, bagaimana menjadi lebih baik, bagaimana menjadi lebih kuat.



…yang kemudian menyadarkan saya, bahwa apapun yang akan terjadi, maka terjadi. Yang membuat saya lebih kuat, adalah bukan dengan menahan emosi, namun menghadapinya. Seperti kata orang; your feeling is valid.



Mungkin tulisan kali ini akan sedikit lebih random dan lebih sulit dimengerti, dan mungkin tulisan kali ini merupakan tulisan terjujur yang pernah saya tulis. Bahwa saya tidak akan lagi memendam perasaan, bahwa saya tidak akan lagi berpura-pura menyamarkan apa yang saya rasakan. Bahwa saya menyerah, dan merelakan jika nantinya realita harus menghancurkan apa yang saya bangun. Jika memang harus jatuh cinta sedalam-dalamnya, then be it. Jika memang harus hancur lagi, then be it. Apapun yang akan terjadi, then be it. 



Seperti kata teman lama saya, “mungkin memang kamu bitter; but you’re bittersweet.”




Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar