Harta, Tahta, Margaretha

  • Hello!
  • Twitter
  • Ask.fm
  • Instagram
Home Archive for Februari 2015
Waktu masih SD, aku selalu diberikan pemahaman bahwa orang yang paling berjasa dalam hidup kita adalah Ibu. Ibu yang melahirkan, yang menyusui, rela terbangun demi menjaga anaknya yang sakit di tengah malam, dsb dsb. Kemudian akupun memang merasa bahwa Ibu lah yang paling berharga dalam hidupku, sampai suatu ketika..

Aku, yang saat itu sedang duduk di kelas 4 SD, mengalami kecelakaan, aku ditabrak mobil ketika sedang menyebrang jalan raya. Kejadian itu terjadi di depan mata ayahku sendiri, yang saat itu akan menjemputku pulang dari sekolah.
Semua yang menyaksikan kejadian itu sudah berpikir bahwa aku akan mati, terutama jika mengingat betapa kerasnya benturan tubuhku dengan mobil itu, yang (kata orang) menyebabkan badanku terseret 5 meter lebih, dan juga bodi mobil yang penyok terkena hantaman tubuhku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana rasa ayahku, melihat putrinya mengalami hal buruk seperti itu.

Saat itu, aku terbangun, pusing, juga melihat luka-luka di sekujur tangan dan kakiku, juga mendengar suara ayah yang terus berdoa di dekat telingaku. Aku terbangun di rumah sakit, dengan ayah yang tidak pernah meninggalkanku, sedetikpun. Orang pertama yang mengajakku untuk berdoa bersama ketika aku sadar, orang pertama yang berkata "Ndak apa-apa nduk, yang kuat ya", juga baru kali ini aku melihat ayah menangis melihat aku yang saat itu sedang tidak berdaya.

Saat itu pula, aku menyadari satu hal. Ayahku adalah segalanya. Pahlawanku, temanku, musuhku, guruku, segalanya. Sekilas memori terputar dalam benakku, bagaimana aku dulunya digendong dipundaknya, diangkatnya tinggi-tinggi, diajaknya bermain layang-layang, diajarinya naik sepeda, semuanya. Dan akhirnya, aku mulai menyadari, betapa ayahku menyayangi aku.

Ayahku, yang terlihat tidak pernah peduli denganku, tak kusadari telah mengajariku banyak hal. Mengajariku untuk mandiri dengan ke sekolah naik angkot sendiri, mengerjakan tugas sendiri, menyiapkan segalanya sendiri. Mengajariku untuk menolong orang lain dengan mengajakku ke panti-panti asuhan, menyumbang untuk bencana alam. Mengajariku untuk kuat dengan caranya yang kadang malah membuatku jatuh, yang kini sangat kupahami, bahwa itu semua untukku, untuk kebaikanku sendiri. Ketika aku mulai dewasa, ayahku mengajarkanku untuk tidak terlalu bergantung pada lelaki dengan cara mengajariku menyetir mobil sendiri, mengganti ban bocor sendiri, kemana-mana sendiri. Ketika ayah mengajariku bahwa penampilan itu sungguh penting untuk seorang wanita dengan cara yang juga kadang menyakitkan, yaitu mengejek penampilanku yang kadang memang tidak fashionable. Tapi sekali lagi, kini aku sadar, itu semua untukku, untuk kebaikanku.

Aku memang tidak pernah melihat ayah membelaku, memperhatikanku, bagaimana perkembanganku, tetapi aku sering mendengar ayah menanyakan kabarku secara diam-diam kepada ibu. Aku tahu, ayah pasti tidak ingin aku merasa dimanja dengan perhatian ayah. Aku tahu, ayah ingin aku tumbuh menjadi perempuan yang kuat, dalam segala bidangnya. Aku tahu, ayah hanya ingin yang terbaik..
Ayah, memang bukan orang seperti ibu yang selalu berada disampingku untuk memberiku semangat dan petuah-petuahnya , tapi ayahlah yang selalu berada di belakangku, yang siap menangkap dan menopangku ketika aku terjatuh.

Selamat ulangtahun yang terlambat, ayah.


11 Februari 2015,
Dari anak perempuanmu yang tidak seperti anak perempuan,
Margaretha Eka.
Ah, finally bisa ngeblog lagi walaupun numpang laptop orang, hahaha. Well, how's your day? Great?
...
My life is also good until I see something different. Saya cuma ingin cerita, tentang apa yang saya rasakan selama ini, yang mungkin baru mampu saya ceritakan saat ini.
...
Dimulai dari masa awal kuliah saya di semester 3. Semuanya berjalan baik, teman saya bertambah, saya ikut beberapa organisasi, saya sudah jarang sakit, menemukan beberapa "orang" baru yang mengisi hati saya juga.. Semua terlihat membaik daripada sebelumnya, dimana saya merasa sangat terpuruk sebagai seseorang. Saya sudah mulai bisa memperbaiki hubungan dengan teman-teman, mulai bangkit mengejar nilai yang jatuh, memiliki semangat untuk "bangkit" lagi..
.
Jika kamu berpikir bahwa hidup saya fine-fine saja, kamu salah. Malah saya pikir, saat ini saya sedang merasa di titik terendah dalam hidup saya. Menyadari bahwa banyak orang "bermuka dua", melamar kerja tapi tidak diterima (dan malah direndahkan, bahkan), orangtua yang meremehkan kemampuan saya, nilai-nilai kuliah yang turun yang saya tidak tau kenapa bisa begitu (yang saya rasa merupakan secuil dari ketidakadilan di kampus), sakit hati ketika tau orang yang saya sayang ternyata hanya main-main, banyak orang yang hanya memanfaatkan saya, dll, dll.
.
Belum lagi ketika saya memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik, dan teman-teman saya hanya bilang "alah paling juga cuma wacana..". Hey, don't you know, friends are made to support each others?
.
Dan kemudian, ketika sudah penat di kampus, yang saya inginkan hanya pulang. Ke rumah. Ke keluarga saya, yang saya pikir akan menerima saya apapun yang terjadi. Ternyata yang saya harapkan itu kosong. Zonk lah kalo kata anak jaman sekarang. Ibu yang saya harapkan bisa menguatkan saya ketika saya jatuh, malah membandingkan saya dengan orang lain, which is not better than me. Hanya karena dia lebih kalem dan lebih pendiam, bagi Ibu, dia merupakan yang terbaik, dan saya yang buruk. Kemudian Ayah, yang saya harap dapat memberi pandangan hidup dan kekuatan, malah meremehkan saya ketika saya jatuh.
.
Saya bisa terima jika orang yang meremehkan saya itu orang lain, karena itu bisa membuat saya lebih kuat. Tapi bagaimana jika orang itu adalah keluarga saya sendiri? Sedih, terntunya.
.
Bagaimanapun, saya harus tetap menjalani hidup, bukan? Bagaimanapun, mereka tetap orangtua dan teman-teman saya, bukan?
Maaf, sudah banyak menyita waktu kamu hanya untuk membaca cerita (curhatan lebih tepatnya) saya, yang ngga ada bagus-bagusnya ini.

"So what? You failed your finals. So what? You gained some weight. So what? You're single again. So what? Can't get a job. So what? What now? You live. You try again. That's what."

Malang, 3 Februari 2015, Margaretha Eka.

Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

just a girl who trying to be independent.

LATEST POSTS

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogger templates

Instagram

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (8)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2020 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (25)
    • ►  Desember (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2015 (9)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ▼  Februari (2)
      • Surat Cintaku, Untuk Ayah.
      • Life is Unfair, Sometimes.
  • ►  2014 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ► 2025 (1)
    • ► Mei (1)
  • ► 2024 (7)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Mei (1)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2023 (8)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juli (2)
    • ► April (1)
    • ► Maret (2)
  • ► 2022 (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2021 (13)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (2)
  • ► 2020 (4)
    • ► November (2)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2019 (3)
    • ► November (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2018 (5)
    • ► Desember (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2017 (9)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (1)
    • ► Februari (1)
  • ► 2016 (25)
    • ► Desember (5)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (9)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2015 (9)
    • ► Desember (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► April (1)
    • ▼ Februari (2)
      • Surat Cintaku, Untuk Ayah.
      • Life is Unfair, Sometimes.
  • ► 2014 (10)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)

Nama

Email *

Pesan *

Search

Like us on Facebook
Follow me on Twitter
ask me anything on askfm
  • Beranda

Menu

  • Beranda

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku
  • Beranda

Latest Posts

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Harta, Tahta, Margaretha.
Designed by OddThemes