Life is Unfair, Sometimes.

Ah, finally bisa ngeblog lagi walaupun numpang laptop orang, hahaha. Well, how's your day? Great?
...
My life is also good until I see something different. Saya cuma ingin cerita, tentang apa yang saya rasakan selama ini, yang mungkin baru mampu saya ceritakan saat ini.
...
Dimulai dari masa awal kuliah saya di semester 3. Semuanya berjalan baik, teman saya bertambah, saya ikut beberapa organisasi, saya sudah jarang sakit, menemukan beberapa "orang" baru yang mengisi hati saya juga.. Semua terlihat membaik daripada sebelumnya, dimana saya merasa sangat terpuruk sebagai seseorang. Saya sudah mulai bisa memperbaiki hubungan dengan teman-teman, mulai bangkit mengejar nilai yang jatuh, memiliki semangat untuk "bangkit" lagi..
.
Jika kamu berpikir bahwa hidup saya fine-fine saja, kamu salah. Malah saya pikir, saat ini saya sedang merasa di titik terendah dalam hidup saya. Menyadari bahwa banyak orang "bermuka dua", melamar kerja tapi tidak diterima (dan malah direndahkan, bahkan), orangtua yang meremehkan kemampuan saya, nilai-nilai kuliah yang turun yang saya tidak tau kenapa bisa begitu (yang saya rasa merupakan secuil dari ketidakadilan di kampus), sakit hati ketika tau orang yang saya sayang ternyata hanya main-main, banyak orang yang hanya memanfaatkan saya, dll, dll.
.
Belum lagi ketika saya memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik, dan teman-teman saya hanya bilang "alah paling juga cuma wacana..". Hey, don't you know, friends are made to support each others?
.
Dan kemudian, ketika sudah penat di kampus, yang saya inginkan hanya pulang. Ke rumah. Ke keluarga saya, yang saya pikir akan menerima saya apapun yang terjadi. Ternyata yang saya harapkan itu kosong. Zonk lah kalo kata anak jaman sekarang. Ibu yang saya harapkan bisa menguatkan saya ketika saya jatuh, malah membandingkan saya dengan orang lain, which is not better than me. Hanya karena dia lebih kalem dan lebih pendiam, bagi Ibu, dia merupakan yang terbaik, dan saya yang buruk. Kemudian Ayah, yang saya harap dapat memberi pandangan hidup dan kekuatan, malah meremehkan saya ketika saya jatuh.
.
Saya bisa terima jika orang yang meremehkan saya itu orang lain, karena itu bisa membuat saya lebih kuat. Tapi bagaimana jika orang itu adalah keluarga saya sendiri? Sedih, terntunya.
.
Bagaimanapun, saya harus tetap menjalani hidup, bukan? Bagaimanapun, mereka tetap orangtua dan teman-teman saya, bukan?
Maaf, sudah banyak menyita waktu kamu hanya untuk membaca cerita (curhatan lebih tepatnya) saya, yang ngga ada bagus-bagusnya ini.

"So what? You failed your finals. So what? You gained some weight. So what? You're single again. So what? Can't get a job. So what? What now? You live. You try again. That's what."

Malang, 3 Februari 2015, Margaretha Eka.


Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar