Surat Cintaku, Untuk Ayah.

Waktu masih SD, aku selalu diberikan pemahaman bahwa orang yang paling berjasa dalam hidup kita adalah Ibu. Ibu yang melahirkan, yang menyusui, rela terbangun demi menjaga anaknya yang sakit di tengah malam, dsb dsb. Kemudian akupun memang merasa bahwa Ibu lah yang paling berharga dalam hidupku, sampai suatu ketika..

Aku, yang saat itu sedang duduk di kelas 4 SD, mengalami kecelakaan, aku ditabrak mobil ketika sedang menyebrang jalan raya. Kejadian itu terjadi di depan mata ayahku sendiri, yang saat itu akan menjemputku pulang dari sekolah.
Semua yang menyaksikan kejadian itu sudah berpikir bahwa aku akan mati, terutama jika mengingat betapa kerasnya benturan tubuhku dengan mobil itu, yang (kata orang) menyebabkan badanku terseret 5 meter lebih, dan juga bodi mobil yang penyok terkena hantaman tubuhku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana rasa ayahku, melihat putrinya mengalami hal buruk seperti itu.

Saat itu, aku terbangun, pusing, juga melihat luka-luka di sekujur tangan dan kakiku, juga mendengar suara ayah yang terus berdoa di dekat telingaku. Aku terbangun di rumah sakit, dengan ayah yang tidak pernah meninggalkanku, sedetikpun. Orang pertama yang mengajakku untuk berdoa bersama ketika aku sadar, orang pertama yang berkata "Ndak apa-apa nduk, yang kuat ya", juga baru kali ini aku melihat ayah menangis melihat aku yang saat itu sedang tidak berdaya.

Saat itu pula, aku menyadari satu hal. Ayahku adalah segalanya. Pahlawanku, temanku, musuhku, guruku, segalanya. Sekilas memori terputar dalam benakku, bagaimana aku dulunya digendong dipundaknya, diangkatnya tinggi-tinggi, diajaknya bermain layang-layang, diajarinya naik sepeda, semuanya. Dan akhirnya, aku mulai menyadari, betapa ayahku menyayangi aku.

Ayahku, yang terlihat tidak pernah peduli denganku, tak kusadari telah mengajariku banyak hal. Mengajariku untuk mandiri dengan ke sekolah naik angkot sendiri, mengerjakan tugas sendiri, menyiapkan segalanya sendiri. Mengajariku untuk menolong orang lain dengan mengajakku ke panti-panti asuhan, menyumbang untuk bencana alam. Mengajariku untuk kuat dengan caranya yang kadang malah membuatku jatuh, yang kini sangat kupahami, bahwa itu semua untukku, untuk kebaikanku sendiri. Ketika aku mulai dewasa, ayahku mengajarkanku untuk tidak terlalu bergantung pada lelaki dengan cara mengajariku menyetir mobil sendiri, mengganti ban bocor sendiri, kemana-mana sendiri. Ketika ayah mengajariku bahwa penampilan itu sungguh penting untuk seorang wanita dengan cara yang juga kadang menyakitkan, yaitu mengejek penampilanku yang kadang memang tidak fashionable. Tapi sekali lagi, kini aku sadar, itu semua untukku, untuk kebaikanku.

Aku memang tidak pernah melihat ayah membelaku, memperhatikanku, bagaimana perkembanganku, tetapi aku sering mendengar ayah menanyakan kabarku secara diam-diam kepada ibu. Aku tahu, ayah pasti tidak ingin aku merasa dimanja dengan perhatian ayah. Aku tahu, ayah ingin aku tumbuh menjadi perempuan yang kuat, dalam segala bidangnya. Aku tahu, ayah hanya ingin yang terbaik..
Ayah, memang bukan orang seperti ibu yang selalu berada disampingku untuk memberiku semangat dan petuah-petuahnya , tapi ayahlah yang selalu berada di belakangku, yang siap menangkap dan menopangku ketika aku terjatuh.

Selamat ulangtahun yang terlambat, ayah.


11 Februari 2015,
Dari anak perempuanmu yang tidak seperti anak perempuan,
Margaretha Eka.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar