Harta, Tahta, Margaretha

  • Hello!
  • Twitter
  • Ask.fm
  • Instagram
Home Archive for Desember 2015
22 Desember, Hari Ibu kan ya?


Pagi itu, tidak ada bedanya dengan pagi-pagi lainnya. Saya bangun seperti biasa, seperti tidak ada apa-apa. Ya memang tidak ada apa-apa, kan?


Yang sedikit berbeda adalah ketika saya sadar bahwa hari itu adalah tanggal 22 Desember, yang biasa diperingati sebagai Hari Ibu. Jujur, di keluarga saya tidak pernah ada acara ucap mengucap selamat, apapun itu. Hari ulang tahun, hari ibu, hari apapun itu. Seakan semuanya biasa saja.


Tidak, saya tidak akan banyak mengucap banyak terimakasih untuk ibu saya dalam postingan ini. Saya hanya ingin sedikit menceritakan bagaimana ibu saya, bagaimana beliau membentuk saya menjadi seorang seperti sekarang, bagaimana beliau bisa menjadi seorang yang kuat menghadapi kami (ayah dan anak-anaknya) yang terkadang menjengkelkan minta ampun.


Ibu saya, dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, hingga suatu saat ayah dari ibu saya (kakek saya) meninggal dunia. Saat itu ibu masih duduk di bangku kelas 2 SMA, usia labil yang sangat membutuhkan kasih sayang ayah, apalagi ibu saya sangat dekat dengan ayahnya. Ibu bercerita, saat itu, ibu rela menjual banyak perhiasan juga harus membantu nenek beternak ayam, untuk menyambung hidup, juga untuk biasa sekolah.


Beruntung, nenek saya adalah tipe orang yang disiplin, namun tidak keras. Nenek saya mendorong ibu saya untuk tetap berkuliah walaupun keadaan keuangan yang mepet. Beruntungnya lagi, ibu saya merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara dan memiliki 3 kakak laki-laki yang bisa membantu ibu saya dalam biaya berkuliah. Maka, berangkatlah ibu ke Surabaya untuk berkuliah.


Ibu bekerja sembari berkuliah. Takut membebani eyang ti, ibu bilang. Maka, mulai saat itu, ibu membiayai kuliahnya sendiri, dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya nenek saya juga ketiga kakak ibu saya, melihat ibu saya saat itu.


Ibu saya kemudian bekerja di sebuah pelabuhan di kota Surabaya. Memiliki penghasilan sendiri, ibu saya menjadi orang yang mandiri. Sampai suatu ketika, ibu saya bertemu dengan laki-laki yang kini menjadi ayah saya.


Ayah saya bukan lahir dari keluarga yang berkecukupan, ayah saya orang yang sangat sederhana. Eyang ti, saat itu menolak habis-habisan ayah saya. Namun, ibu saya tetap selalu membela laki-laki itu, hingga mereka menikah. Mereka hidup dari kamar kost satu ke kost yang lain, hingga saya lahir.
Saat itu, saya baru lahir, kata ibu saya. Ayah dan ibu saya mulai mencari rumah kontrakan. Dan karena ayah dan ibu bekerja, maka saya dititipkan pada pembantu. Hidup saya tidak pernah berkekurangan, walaupun kami hidup berpindah-pindah dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya. Badan saya gendut, khas anak kecil yang makannya banyak.


Dan kemudian, ibu hamil anak kedua. Juga ketika itu, ibu sakit usus buntu. Saya ingat sekali waktu itu, mbak pembantu memakaikan saya sebuah jaket merah dan berkata, “Ayo non, nengok ibu di rumah sakit, kita liat adeknya non Martha.”


Sesampainya di rumah sakit, tidak ada adik bayi yang saya idamkan. Hanya ibu yang tergeletak lemas di ranjang rumah sakit dengan beberapa selang menempel di tubuhnya. Sayup-sayup saya mendengar kata “keguguran” kala itu. Saya tidak tau apa artinya, namun yang saya tau saat itu, adik saya diambil Tuhan untuk diajak jalan-jalan.


Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi ibu saya saat itu.


Kemudian, setelah usia saya 8 tahun, ibu hamil, untuk yang ketiga kalinya. Bayinya perempuan, lahir sehat. Dan saat itu, saya dan adik saya dititipkan ke pembantu.


Suatu saat, ibu dan ayah saya membicarakan sesuatu. Dan besoknya, ibu saya tidak pergi bekerja. Besoknya lagi, tidak bekerja. Besoknya lagi, tidak bekerja lagi. Begitu seterusnya, sampai saat ini. Ya, ibu saya berhenti bekerja.


Dan sekarang, saat ibu saya ditanya tentang kenapa berhenti bekerja, sayang kan gelar sarjananya? Ibu saya selalu menjawab, “saya sebenarnya tidak rela mengorbankan gelar saya jika hanya dipakai di rumah. Tapi saya lebih tidak rela lagi jika anak-anak saya diasuh oleh orang yang tidak berpendidikan.”


Saya tersenyum. Ibu saya, walaupun seorang ibu rumah tangga biasa, namun merupakan ibu yang hebat menurut saya. Ibu saya bisa menyetir mobil kemana-mana sendiri, tidak ada mobil? Ibu saya bisa membawa motor ikut serta dengannya. Naik angkot pun ibu saya sanggup. Mengecek hasil pekerjaan tukang bangunan di rumah? Ibu saya sanggup. Mengecek hasil pekerjaan rumah adik saya? Ibu saya mahir. Membantu ayah membetulkan peralatan elektronik? Jangan khawatir, ibu saya pandai.


Ibu saya, selalu mendorong anak-anak perempuannya untuk selalu maju. Selalu mengejar pendidikan setinggi-tingginya. Mendorong kami untuk selalu menjadi diri sendiri, yang mandiri, yang bisa mengerjakan apapun tanpa harus memohon manja meminta bantuan laki-laki. Ibu saya, yang terbiasa ditinggal jauh oleh ayah saya, kini menjadi figur contoh bagi kami anak-anak perempuannya, bagaimana seharusnya menjadi seorang perempuan.


Ibu saya, seorang ibu yang santai. Tengoklah bagaimana saya dan adik saya memanggil beliau. “Mamirong”, alias mami garong. Dan ibu saya santai saja menelpon saya dengan bahasa “udah makan belum bro?”. Saya dan adik saya terbiasa menyebut ibu dengan sebutan “kamu”, bukan “sampean”, atau lainnya. Ayah saya sering ngomel akan hal ini, namun ibu selalu menjawab sambil tersenyum. “ngga papa anak-anak seperti itu ke saya, toh mereka anak-anak kandung saya. Dan walaupun anak-anak saya memanggil saya seperti itu, mereka tidak pernah kehilangan sopan santun dan rasa sayang terhadap saya.”


Saya juga pernah mendengar ayah saya berbisik “ibumu orang hebat, nduk. Bisa diajak senang, bisa diajak susah bareng, bisa diajak serius, bisa diajak semuanya bersama.”



I'm so proud of you, Rong. Happy Mother's Day!
Kalau kamu bertanya siapa saya, mungkin saya akan menjawab: Saya Margaretha Eka Putri, seorang perempuan 20 tahun dengan tinggi badan 159 cm dan berat badan 53 kilogram. Atau mungkin, saya seorang mahasiswi semester lanjut jurusan Sastra Inggris. Atau mungkin, saya seorang anak pertama dari dua bersaudara. Atau mungkin, masih banyak yang lainnya.



Tapi mungkin jawaban berbeda akan kamu dapatkan kalau kamu bertanya kepada teman-teman saya. Mungkin bagi mereka, saya adalah gadis berponi dan berambut sebahu yang memiliki suara cemplang dan bikin kuping cureg :))) Atau mungkin, saya adalah seorang gadis yang keceriaannya tidak pernah luntur. Atau mungkin, saya adalah gadis yang terkesan jutek, sangat cuek dan blak-blakan terhadap apapun.



Mungkin juga berbeda kalau kamu bertanya kepada orangtua saya. Mungkin (ya, sekali lagi mungkin) bagi mereka, saya adalah anak perempuan yang sangat tidak pedulian. Mungkin, bagi mereka, saya adalah anak perempuan yang keras kepala dan pemberani. Mungkin, bagi mereka, saya adalah anak perempuan yang rela turun dari mobil dikala hujan deras hanya untuk membawa pulang seekor anak anjing yang pincang kakinya, yang tidak pernah takut untuk pulang malam sendirian, atau yang lainnya.



Lalu, untuk kamu, saya ini siapa?



Jika boleh berandai-andai, saya ingin menjadi seorang yang spesial. Yang kamu lihat apa adanya, tanpa apa-apa. Tanpa ada topeng yang membungkus wajah. Tanpa ada riasan yang memperindah paras. Tanpa senyum yang selalu mengembang menghias muka. Tanpa tawa ceria mewarnai hari.



Jika boleh berandai-andai, saya ingin menjadi orang pertama yang kamu lihat ketika membuka mata. Menjadi orang pertama yang kamu ingat di pagi hari. Menjadi orang pertama yang kamu kabari ketika ada masalah. Menjadi orang yang kamu cari untuk menjadi pendamping.



Jika boleh berandai-andai, saya ingin kamu menjadi orang yang melihat saya, tanpa apa-apa. Apa adanya. Berwajah kusut, rambut berantakan, berbadan gendut, berpipi penuh..




Jika boleh berandai-andai, saya ingin kamu, mau mendengar tangis sedih saya karena melihat seekor katak yang mati terlindas di tengah jalan. Menjadi seorang yang mau mendengar cerita saya tentang mitologi Yunani. Menjadi seorang yang mau mendengar suara saya yang kata orang tidak enak untuk didengar..



Jika boleh berandai-andai, saya ingin kamu selalu maju. Tanpa menengok ke belakang lagi.





Ya, namun sepertinya semesta tidak suka bila saya berandai-andai.

Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

just a girl who trying to be independent.

LATEST POSTS

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogger templates

Instagram

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (8)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2020 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (25)
    • ►  Desember (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2015 (9)
    • ▼  Desember (2)
      • Silamat Hawi Ibu, Mamirong!
      • Jika Boleh Berandai-Andai...
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ► 2025 (1)
    • ► Mei (1)
  • ► 2024 (7)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Mei (1)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2023 (8)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juli (2)
    • ► April (1)
    • ► Maret (2)
  • ► 2022 (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2021 (13)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (2)
  • ► 2020 (4)
    • ► November (2)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2019 (3)
    • ► November (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2018 (5)
    • ► Desember (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2017 (9)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (1)
    • ► Februari (1)
  • ► 2016 (25)
    • ► Desember (5)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (9)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2015 (9)
    • ▼ Desember (2)
      • Silamat Hawi Ibu, Mamirong!
      • Jika Boleh Berandai-Andai...
    • ► Oktober (2)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► April (1)
    • ► Februari (2)
  • ► 2014 (10)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)

Nama

Email *

Pesan *

Search

Like us on Facebook
Follow me on Twitter
ask me anything on askfm
  • Beranda

Menu

  • Beranda

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku
  • Beranda

Latest Posts

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Harta, Tahta, Margaretha.
Designed by OddThemes