Pertama kali.

Biasa hidup dengan penuh candaan, seorang perempuan berusia 26 tahun tampak sedang menertawakan hidup yang ia jalani.


Menertawakan rasa sedihnya, menertawakan sakit hatinya, menertawakan rasa kecewanya.


Berharap dengan tawa itu, membuat rasa sakitnya sedikit terkaburkan.


Ia terlalu banyak tertawa, kadang hingga mengeluarkan air mata. Tampak bahagia, tampak tidak pernah murung, tampak selalu ceria.


Orang bilang, she's a social's butterfly. She's so bubbly, she's so witty. Tiap kali rasa sedih mampir, semua orang menanggapinya dengan..."jangan sedih."


And she hopes it's that easy. 


...and she hugged herself, very tight.


....


Terbiasa tertawa, menertawakan apa saja, membuat perempuan itu lupa..


...kalau ia juga bisa merasakan sakit. Kalau apapun yang ia rasakan itu nyata adanya. Kalau ia tidak perlu mengaburkannya dengan candaan. Kalau tidak apa-apa untuk menangis. Kalau tidak apa-apa untuk kecewa, untuk sakit hati, untuk lelah, untuk menyerah.


....


Perempuan itu memiliki ego setinggi langit. Tidak mau menangisi diri sendiri. Tidak mau mengasihani diri sendiri. Ia merasa paling kuat, kadang bahkan ia merasa tidak bisa tersakiti. 


....

Namun perempuan itu sering menangis. Menangisi anjing yang mati. Menangisi kawannya yang patah hati. Menangisi kucing yang tertabrak mobil. Menangisi perlakuan orang lain. Kadang ia lupa, bahwa ia juga punya kehidupannya sendiri. Bahwa kadang, ia juga sama kurang beruntungnya. Bahwa kadang, ia yang seharusnya ditangisi.


....


Malam itu, untuk pertama kalinya, ia menangis. Menangisi dirinya sendiri.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar