All is well.

Beberapa saat lalu, tangis saya pecah di tengah malam. Perut saya perih luar biasa di tengah hari. Dada saya berdegup kencang ketika nama saya disebut. Pikiran saya lari entah kemana. Kacau, berantakan.

 

Beberapa saat lalu, saya marah karena saya membuka mata di pagi hari. Saya marah karena saya harus memulai hidup saya, yang saya tahu, membuat saya sangat tidak nyaman. Membuat saya muak, membuat saya jengah.

 

Beberapa saat lalu, saya merasa saya sangat berantakan. Saya kelelahan luar biasa. Saya hanya ingin tidur, saya tidak ingin bangun. Saya merasa saya hancur dengan banyak kepingan berserakan, yang bahkan tidak bisa saya pungut lagi.

 

“Kita coba lagi ya, minggu depan. Kita hadapi bersama ya. Coba saya bantu ya, hang in there”

“It’s depression and mixed anxiety.”

 

Hanya itu yang saya ingat dari psikiater saya.

 

Anehnya, saya nggak nangis, saya cuma bengong. Saya anggap ini bagian dari adulting phase. I’m about to be 28th years old in days, still living with my parents, unmarried, having mental health issues, still being a student after 10 years, working 9-5 with an ordinary job, still compare myself to others, I love sleeping to forget my problems, I hate seeing my parents getting older.

 

And now I’m wondering; am I in the right path?

 

Beberapa saat lalu, saya sempat bertukar kabar dengan seseorang yang begitu mengenal, and the thing he told me was..

 

“I’m proud of you. You’ve changed..in a better way.”

 

Yep, saya banyak berubah. Sampai akhirnya saya bertanya; who are u? me?

 

Saya bahkan nggak kenal diri saya sendiri. Saya lupa kapan terakhir saya menangis. Saya lupa kapan saya tertawa lepas. Saya lupa kapan terakhir kali menikmati makanan kesukaan saya sampai saya merasa kenyang sekali. Saya lupa kapan terakhir kali saya bersenang-senang hingga hati saya terasa penuh.saya bahkan lupa bagaimana rasanya berbunga-bunga ketika mendapat kiriman minuman kesukaan saya. Saya bahkan nggak kenal siapa perempuan di depan saya ketika saya bercermin.

 

Yang saya tahu, saya hanya menyambung hidup. Yang saya tahu, saya banyak menghadapi badai, dan sekarang saya tetap berdiri. Tetap berjalan, pelan, terseok-seok. Setelah semua yang saya lalui, saya nggak akan pernah menjadi pribadi yang sama seperti saya yang dulu. Semua datar.

 

Orang bilang, setelah semua yang kamu lalui, you’ll never be the same person as you was. And it’s okay.

 

Tapi saya rindu saya yang dulu. I miss the—full of love—me.

 

Adulting is hard, but the thing I know.. all is well.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar