Untitled, 2016.
Setahun berlalu, dan rasanya ingin
kutumpahkan semua tinta yang terkumpul untuk membuat tulisan ini.
Tahun lalu, banyak orang datang dan
pergi sesuka hatinya. Beberapa datang, menggantikan yang pergi. Ada
yang hanya sekedar menyapa, ada pula yang menetap untuk berbincang.
Ada yang datang saat dibutuhkan, ada pula yang datang saat
membutuhkan. Ada suatu kekalahan, namun akhirnya terbalas kemenangan.
Tahun lalu, aku mulai membaca bagaimana
hidup ini bergulir. Kadang keatas, kadang kebawah. Selalu berputar,
namun tidak jelas kapan waktunya tiba untuk berputar. Dan aku
mempelajari satu hal, bahwa hidup akan selalu berputar, walaupun
tidak jelas kapan, bagaimana, dengan siapa, dan untuk apa hidup itu
berputar.
Tahun lalu, aku mulai belajar bahwa
kadang orang pintar itu dikalahkan oleh orang beruntung. Orang
berkuas akan dikalahkan oleh orang rendah hati. Orang kikir akan
selalu dikalahkan oleh orang bijak. Dan aku belajar, untuk selalu
berbuat baik, pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Namun di tahun lalu pula, aku belajar,
bahwa kadang berbuat baik kepada orang lain tidak pernah menjamin
bahwa kita akan selalu diperlakukan baik juga. Maka aku belajar untuk
berbuat baik walaupun tahu jika tidak akan mendapat imbalan.
Juga, di tahun lalu, aku mulai memahami
bahwa tidak semua orang “dirancang” untuk memiliki hati yang sama
dengan kita. Mendapat cemoohan dari tindakan yang kita anggap baik,
kini sudah menjadi sebuah hal yang biasa.
Tahun lalu, aku pernah merasakan betapa
menyebalkannya sebuah jarak 15.000 kilometer diantara kita. Berbeda
negara, berbeda benua. Berbeda waktu. Ya, untungnya kita sekarang
tidak perlu lagi merasa sebal akan jarak itu, karena kini tidak ada
lagi “kita”.
Masih di tahun lalu, aku merayakan
ulangtahunku dengan sederhana. Tanpa perayaan mewah, maupun tanpa
kejutan meriah. Hanya ada kamu dan aku, yang terpisah sebuah dinding
tebal, sedang merayakan ulangtahun kita yang bersamaan. Namun tetap,
kita tidak bisa bersatu.
Banyak orang yang datang, namun tak
berani mendekat. Sampai ada kamu, yang datang secara tiba-tiba.
Kupanggil kamu, Obel. Ya, bisa ditebak, kini tak ada lagi Obel.
Tahun lalu, banyak orang datang. Hanya
untuk singgah dan berkata “i love you”, kemudian pergi lagi,
hilang, dan tak kembali. Ya, kini aku muak dengan kata-kata cinta.
Tahun lalu, terlampau sering patah hati
membuatku menjadi utuh, sembuh dengan sendirinya. Aku memungut
serpihan-serpihan kaca, dan kemudian menyatukannya kembali. Ya, aku
sendiri yang melakukannya.
Juga di tahun lalu, aku mengerti bahwa
kita manusia, diciptakan dengan bermacam karakter. Awalnya aku
terkejut bahwa ternyata ada orang jahat, ada orang yang tega berbuat
tidak adil, dan ada orang yang bisa santai membunuh hewan. Well,
melihat film happy feet aja aku bisa menangis walaupun itu hanya film
animasi pinguin.
Tahun lalu, aku berusaha untuk mengejar
mimpiku dari kecil, ya, penyiar radio. Dan aku gagal. Jika kamu
berpikir aku hanya sekali mencoba, kamu salah. Beberapa perusahaan
radio sudah kudatangi, dan semua berakhir di masa training. Jika kamu
bertanya, apakah saya menyerah? Beginilah jawabanku;
Seekor kuda butuh sebuah cambuk agar
membuatnya tetap berlari makin jauh. Maka jawabanku, tidak. Tidak
akan pernah menyerah. :))
Dan kamu pasti akan bertanya, apa
tujuanku di tahun 2016?
Tidak perlu menunggu sebuah tahun baru
untuk memulai lagi hal yang baru. Perbaiki semua yang ada, tanpa
terkecuali. Keep moving on, jadi independen, dan semua akan selalu
indah pada akhirnya. Selamat tahun baru, semuanya!
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar