Harta, Tahta, Margaretha

  • Hello!
  • Twitter
  • Ask.fm
  • Instagram
Home Archive for 2023
Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dulu, saya nggak pernah nunggu ada laki dateng buat ngajak saya pacaran. Kalau kelamaan, saya yang kejar! Lol.



Sampai kemudian ada momen ketika saya nggak baik-baik saja. Alasannya? Patah hati, lah. Apa lagi?


....


Saya sempat jadi pribadi yang berantakan, I keep pushing people away when I got uncomfortable feeling or in a uncomfortable situation. Kadang, saya tidak sadar mengatakan hal yang menyakiti orang lain. Kadang, inner circle saya jadi pelampiasan ketika saya sedang nggak baik-baik saja, dan ternyata itu bikin mereka tersakiti, bahkan sampai trauma.


....


Dari saat itu, saya berusaha nggak begitu lagi. Saya banyak diem, saya takut menyakiti lagi. Saya sering sendirian, temen saya jadi nggak banyak. Saya males berinteraksi, saya males ketemu orang lagi. Saya males kerja, saya males menjalani hidup. Rasanya pengen tidur terus, tapi nggak pengen bangun lagi.




Saya takut bikin orang trauma kalau saya nunjukkin saya nggak suka sesuatu, atau ketika perlakuannya membuat saya tersinggung. Saya takut jadi jahat. Saya takut ada orang yang nggak suka sama saya. Saya jadi people pleaser, orang yang nggak enakan, yang nggak bisa ngomong 'nggak'. Saya nggak punya boundaries, saya nggak punya filter buat diri sendiri. Kadang, saya merokok lagi. Kadang, minum alkohol lagi. Yang saya tau, ini kayaknya bukan diri saya yang saya cari.  


....


Sampai kemudian saya memutuskan kembali lagi. Mencoba reconnect dengan diri sendiri--yang saya rindukan itu. Mencoba potong rambut pendek, sesuatu yang saya suka banget! Pakai makeup lagi, pakai skincare lagi. Dandan yang proper lagi, pakai parfum wangi lagi. Pergi ke tempat cantik lagi, pasang kuku lucu lagi. Telling a guy that I like him, nggak peduli jawabannya apa. Ketawa lebar lagi, dengerin lagu aneh lagi.


....


Pelan memang, tapi hopefully life is worth living again.






Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang saya lalui, banyak naik dan turun kehidupan yang saya hadapi, banyak tawa dan tangis yang saya lukiskan. 

....


Saya beberapa kali datang konseling, karena merasa banyak yang perlu diperbaiki dari diri saya. Inside and outside. Physically and mentally. Saya berantakan.


...dan saya menyalahkan orang lain. Saya berantakan karena orang lain. Saya hancur karena orang lain.



...


Saya begini karena orangtua saya begitu. Saya begini karena keadaan keluarga saya begitu. Saya berantakan karena hasil dari orangtua saya yang begitu. Saya begini ini karena mantan pacar saya memperlakukan saya seperti ini, itu.


....


Saya pernah sedih sekali karena tidak diucapkan ulangtahun, karena waktu itu, pacar saya lupa sekali. Saya pernah kecewa sekali karena saya tidak pernah digandeng ketika berjalan. Saya pernah diam-diam menangis karena orangtua saya selalu meminta saya untuk jadi lebih dan lebih lagi. Saya pernah menangis dramatis karena merasa terlalu lelah menghadapi orangtua saya, yang menurut saya, konservatif.



Saya selalu bersembunyi di balik kalimat "just because you love me, doesn't mean I feel loved by you.". And it was the most unempathetic words I've ever said. 


...


Saya selalu fokus ke perasaan kecewa saya ketika tidak diingat ulangtahunnya, padahal tidak pernah ada satu pagi terlewat untuk mengucapkan dan mendoakan semoga hari itu lancar, dan semoga saya tidak lupa kalau saya spesial. Saya selalu fokus kepada saya yang sedih ketika bapak saya mulai memberi komentar tidak mengenakkan tentang saya, padahal bisa saja saya ingat bagaimana bapak saya banggakan saya di depan orang lain karena saya bisa bertahan sejauh ini, to be a breadwinner in a family. Saya fokus ke rasa sakit ketika ibu saya bilang saya tidak bisa diatur, padahal di sisi lain ibu yang paling kencang mendoakan saya.


....


Saya lupa, saya masih manusia. Saya bukan yang paling sempurna, mereka juga. Saya belajar, mereka juga. Saya lupa, saya masih manusia.


...


They made mistake, I do made mistake. Sometimes I forgot they love me the way they love me, and sometimes it's not they way I want to be loved. Sometimes I forgot, they are just a human. They are still a human. We are a human, and we are growing, blooming.



....


In the garden of existence, I bloom,
a human soul, weaving through time's loom.
With each passing season, I grow,
a tapestry of lessons, a wisdom aglow.


Mistakes, like raindrops, kiss the earth,
yet within their falls, I find rebirth.
I stumble, I falter, yet I rise.
Apologies whispered beneath starlit skies.


So I journey onward, through life's embrace.
With every step, I find a trace,
of the person I was, and who I am.
A soul learning, growing, like a delicate lamb.

To be human is to learn and grow,
To apologize when needed, let forgiveness flow.
In the vast expanse of time's great show,
I find my essence, and let my spirit glow.



Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari umur 18/19 tahun; dari  masih labil banget, dengan puluhan patah hati yang tertulis, dengan segala naik turunnya emosi, dengan segala pertanyaan yang ada di kepala saya waktu itu.



Apapun saya tulis waktu itu. Lagi happy, nulis. Lagi sedih, nulis. Lagi overthinking, nulis. Lagi insecure, nulis. Apapun. Sekarang, saya jadi bisa punya milestone sendiri. Saya tengok-tengok lagi ke belakang, berusaha mengingat-ingat apa yang saya lalui waktu saya lagi nulis itu tulisan, berat banget kayaknya..




Nggak lama kemudian, saya mikir..




“Gimana ya kalau dulu aku nggak keras hati?”



….



“What if I could been easier to be loved back then?”



“What if I had a more stable emotions?”



“What if I didn’t follow my impulsive thought?”



“What if I could easily appreciate what people did to me?”



“What if I was softer, what if I was loveable?”



“What if I didn’t make the wrong the decision at that time?”




….dan banyak what if lain, yang bikin saya bertanya-tanya ke diri sendiri. Gimana kalau dulu saya nggak begini, gimana kalau dulu saya begitu, bakal happy nggak ya saya? Bakal jadi kayak sekarang nggak ya? Bakal hampa nggak ya hidup saya? Bakal lebih baik nggak ya? Bakal kayak gimana hidup saya?




Nggak tau juga. Makin dewasa, makin bingung juga mau menyikapi sesuatu. Bukannya makin bijak, sejujurnya saya makin berantakan. Bukannya makin stabil, saya makin nggak tau arah. Saya pengen pulang, saya pengen punya rumah sendiri. Saya kangen kehangatan yang pernah saya rasain, kangen sekali..









Beberapa hari lalu, seseorang berulang tahun. Saya selalu suka sekali hari itu, melebihi ulang tahun saya sendiri. Idk, I just love it. Hari itu nggak pernah saya lupakan, selalu saya tunggu-tunggu terus. Saya suka sekali.



Hari itu, mengajari saya banyak sekali hal yang nggak pernah saya sangka sebelumnya. Bener-bener nggak pernah saya sangka.



Sebenarnya, saya merasa saya nggak stabil secara emosi. Gampang happy, gampang sedih, kadang bisa nangisin pedagang asongan, kadang bisa nangis mellow terharu liat anak sma pacaran. Kadang saya gampang memutus hubungan dengan orang yang saya rasa tidak cocok, kadang saya bisa memohon-mohon supaya orang itu tidak pergi dari hidup saya.



Satu hal yang saya tau, saya tau apa yang saya mau. Walaupun nggak stabil, saya tau apa yang saya mau, dan apa yang saya nggak mau. Saya tegas banget untuk yang satu ini. Iya, iya. Nggak, nggak. There’s no in between. Termasuk dengan siapa saya berhubungan, terutama romantically.




....




Saya sering banget memberi (((penegasan))) atau meminta kejelasan pada orang-orang yang saya rasa akan bertahan dalam hidup saya. Saya nggak suka sesuatu yang kabur, nggak jelas, atau ada di grey area. I want something to be clear. Saya sering merengek minta penjelasan, saya sering memohon seseorang hanya untuk sebuah closure, saya sering kebingungan akan signal yang diberikan oleh lawan komunikasi saya. 




....



Ternyata capek, ya. 



...




Hari ulang tahun seseorang itu, yang kemudian bikin saya sadar satu hal. If they want to stay, they will. If they don’t, then they won’t.




Satu hal yang saya sadari, saya udah ngga berminat mencari lagi. Entah kejelasan, entah jawaban. Iya, saya lelah mencari-cari sesuatu yang seharusnya nggak dicari. 







Ada yang ngingetin, blog ini udah ngga pernah ada update baru, katanya. So here we go.


As I grow older, saya makin sering questioning. Mempertanyakan banyak hal, yang kadang, menurut saya, nggak jelas juga jawabannya apa. 



Kenapa orang banyak banget datang dan pergi di hidup saya? Kan saya nggak suka, saya sering nangis karena ini.



Kenapa orang menyakiti orang lain? 



Kenapa saya nggak bisa jadi kayak teman-teman saya, tampak menjalani hari-hari dengan santai sekali, tapi rejeki datang sendiri?



...dan masih banyak kenapa-kenapa yang lain.



Sampai sekarang pun saya nggak ngerti jawaban dari semua ‘kenapa’ yang ada di otak saya. Tiap terjawab, nantinya akan membuka pertanyaan baru. Ora uwis-uwis. 



....



“Sadari saja perasaan seperti itu, sisanya? Terima saja. Nggak semua hal di dunia ini harus kamu tau jawabannya. Atau bahkan, emang nggak ada jawabannya.”



Kata konselor saya sih begitu, ya.


....



Terima saja. Orang datang, kemudian pergi. Orang tidak sengaja menyakiti, orang tidak sengaja membuat luka. Orang yang mendatangkan kehangatan di tempat yang dingin, orang yang mendatangkan sukacita. Orang yang membawa pelajaran baru, orang yang membawa air mata baru. Sadari saja, terima saja.




Legowo. Kata bapak ibu saya gitu. Saya akhirnya coba. Kalau lagi happy, happy! Kalau lagi sedih, ya sudah, sedih. Nanti juga happy lagi. Diterima saja. Dijalani saja. 




Dan tenyata, itu bikin hidup saya lebih tenang, lebih enjoyable, dan lebih damai. Oh, I love getting older! 




...and hopefully, wiser.

Dulu, saya sering terkagum-kagum dengan teman-teman SMA saya yang pamerin blackberry keluaran terbaru. Semuanya berlomba-lomba pake blackberry baru. Nggak ada temen-temen saya yang pake sepatu biasa aja, tas biasa aja, baju biasa aja. Barang mahal semua, head to toe.


Bapaknya kerja apa ya, tajir-tajir semua..


Dulu, temen-temen saya pake mobil semua. Nggak ada tuh naik angkot. Ada yang dijemput sopir pribadi, ada yang pake mobil keluaran terbaru. Apalagi kalo saya main ke rumah temen-temen saya, kayaknya saya udik banget, kaget aja....ternyata rumah temen-temen saya kayak di sinetron-sinetron mak. Hahahaha.


Orang nih pada kaya-kaya ya..


Sekolah saya waktu itu, kebanyakan muridnya suka party. Ulangtahun di Nashville (yang masih inget Nashville, angkatan lama ya?), juga pensi sekolah gede-gedean.. Saya? Ketularan juga pada akhirnya :)) 


Saat itu, saya lihat temen-temen saya itu orang kaya, sedangkan saya enggak. Saya biasa aja, enggak kaya. Bapak saya pegawai biasa, ibu saya ibu rumah tangga. Saya enggak pake barang mahal, saya biasa aja, biasa banget malah. Temen-temen saya banyak lanjut sekolah ke LN, saya anteng-anteng aja daftar di kampus negeri. Selain karena sama bagusnya, ya biar bapak-ibu saya gak perlu bayar banyak-banyak. 


....


Selepas sekolah dan tamat kuliah, saya kerja. Saya kerja di bank, sering banget ngeliat orang kaya, yang kaya aja, sampe kaya banget. Wah jangan ditanya saya gimana. Saya....melongo aja. Hahahaha. Berharap apa sih sama anak baru sebulan kerja?


...


Dulu, saya terkagum-kagum liat orang kaya, orang yang mobilnya keluaran terbaru, orang yang pake hape boba, orang yang pake tas high-end. Tapi sekarang agak beda. Mungkin karena saya makin bertambah usia, dan makin banyak macam orang yang saya tahu dan saya kenal... pandangan saya jadi sedikit---sedikit, berubah.


...


Ternyata, kaya gak melulu rumah mewah, mobil kece, outfit keren, tapi bisa aja...


...


Pas mau cuci baju, saya nemuin duit 20 ribu di kantong celana. Girang banget saya, berasa kena uang kaget. 


Ngisi BBM kendaraan pake Pertamax, dan nggak perlu nunggu abis buat ngisi.


Bisa beli makanan yang saya pengen, tanpa perlu nunggu gajian.


Dapet cuti seminggu, full rebahan ditemenin anjing dan kucing-kucing kesayangan saya, nonton series kesukaan saya, makan enak.


....



Lah, iya. Ternyata saya kaya. Dan saya bahagia. 


Tuh, udah saya ingetin. :))






 I really do. 


I hate seeing people go. I hate seeing people leave. I hate seeing people hurting each other. I hate feeling empty. I hate it after a happy day, there will be another gloomy day. I hate to realize that after a a happy day, people leave. There will be another emptiness. I hate to know that I am alone. I hate it. I hate this day. I really do.


I really do.

Beberapa saat lalu, tangis saya pecah di tengah malam. Perut saya perih luar biasa di tengah hari. Dada saya berdegup kencang ketika nama saya disebut. Pikiran saya lari entah kemana. Kacau, berantakan.

 

Beberapa saat lalu, saya marah karena saya membuka mata di pagi hari. Saya marah karena saya harus memulai hidup saya, yang saya tahu, membuat saya sangat tidak nyaman. Membuat saya muak, membuat saya jengah.

 

Beberapa saat lalu, saya merasa saya sangat berantakan. Saya kelelahan luar biasa. Saya hanya ingin tidur, saya tidak ingin bangun. Saya merasa saya hancur dengan banyak kepingan berserakan, yang bahkan tidak bisa saya pungut lagi.

 

“Kita coba lagi ya, minggu depan. Kita hadapi bersama ya. Coba saya bantu ya, hang in there”

“It’s depression and mixed anxiety.”

 

Hanya itu yang saya ingat dari psikiater saya.

 

Anehnya, saya nggak nangis, saya cuma bengong. Saya anggap ini bagian dari adulting phase. I’m about to be 28th years old in days, still living with my parents, unmarried, having mental health issues, still being a student after 10 years, working 9-5 with an ordinary job, still compare myself to others, I love sleeping to forget my problems, I hate seeing my parents getting older.

 

And now I’m wondering; am I in the right path?

 

Beberapa saat lalu, saya sempat bertukar kabar dengan seseorang yang begitu mengenal, and the thing he told me was..

 

“I’m proud of you. You’ve changed..in a better way.”

 

Yep, saya banyak berubah. Sampai akhirnya saya bertanya; who are u? me?

 

Saya bahkan nggak kenal diri saya sendiri. Saya lupa kapan terakhir saya menangis. Saya lupa kapan saya tertawa lepas. Saya lupa kapan terakhir kali menikmati makanan kesukaan saya sampai saya merasa kenyang sekali. Saya lupa kapan terakhir kali saya bersenang-senang hingga hati saya terasa penuh.saya bahkan lupa bagaimana rasanya berbunga-bunga ketika mendapat kiriman minuman kesukaan saya. Saya bahkan nggak kenal siapa perempuan di depan saya ketika saya bercermin.

 

Yang saya tahu, saya hanya menyambung hidup. Yang saya tahu, saya banyak menghadapi badai, dan sekarang saya tetap berdiri. Tetap berjalan, pelan, terseok-seok. Setelah semua yang saya lalui, saya nggak akan pernah menjadi pribadi yang sama seperti saya yang dulu. Semua datar.

 

Orang bilang, setelah semua yang kamu lalui, you’ll never be the same person as you was. And it’s okay.

 

Tapi saya rindu saya yang dulu. I miss the—full of love—me.

 

Adulting is hard, but the thing I know.. all is well.

Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

just a girl who trying to be independent.

LATEST POSTS

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogger templates

Instagram

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2023 (8)
    • ▼  Oktober (1)
      • A self reminder.
    • ►  Agustus (2)
      • It's what we called; Human Journey.
      • What if…?
    • ►  Juli (2)
      • The willingness
      • Menerima.
    • ►  April (1)
      • A gentle reminder.
    • ►  Maret (2)
      • I hate this day.
      • All is well.
  • ►  2022 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2020 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (25)
    • ►  Desember (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ► 2025 (1)
    • ► Mei (1)
  • ► 2024 (7)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Mei (1)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (1)
    • ► Januari (1)
  • ▼ 2023 (8)
    • ▼ Oktober (1)
      • A self reminder.
    • ► Agustus (2)
      • It's what we called; Human Journey.
      • What if…?
    • ► Juli (2)
      • The willingness
      • Menerima.
    • ► April (1)
      • A gentle reminder.
    • ► Maret (2)
      • I hate this day.
      • All is well.
  • ► 2022 (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2021 (13)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (2)
  • ► 2020 (4)
    • ► November (2)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2019 (3)
    • ► November (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2018 (5)
    • ► Desember (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (1)
  • ► 2017 (9)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (3)
    • ► April (1)
    • ► Februari (1)
  • ► 2016 (25)
    • ► Desember (5)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (9)
    • ► Januari (2)
  • ► 2015 (9)
    • ► Desember (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► April (1)
    • ► Februari (2)
  • ► 2014 (10)
    • ► Desember (1)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (1)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)

Nama

Email *

Pesan *

Search

Like us on Facebook
Follow me on Twitter
ask me anything on askfm
  • Beranda

Menu

  • Beranda

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku

About Me

ethaanastasia
The bubbly person behind the writings. Kinda depressed but well dressed.
Lihat profil lengkapku
  • Beranda

Latest Posts

  • Self-love.
    Setelah saya baca-baca ulang di blog ini, dulu saya pernah nulis “sakit hati di usia 20-an” waktu saya masih eaaaarrrrlyyyy 20, kayaknya umu...
  • Grief Phase
     Kata orang, "When you're happy, you enjoy the music. But when you're sad, you understand the lyrics." Same goes to me. Ka...
  • Hangat, sekali.
    Dua hari kemarin, saya diem-diem nangis. Akhir bulan kemarin, saya juga nangis. Semua tercatat rapi di buku yang saya tulis sendiri. Saya se...
  • The Energy.
    "Girls, kalian harus bisa aktifkan feminine energy kalian kalau pengen dapat cowok dengan masculine energy." "Jangan terlalu ...
  • That One Word.
     (ceritanya lagi nengokin blog setelah ditinggalin lama banget..) Oh, hi there. Apa kabar? How's life? Mine has its ups and downs, but s...
  • A self reminder.
    Dulu, kalo saya suka sama orang, saya ngomong. Saya nggak suka sesuatu, saya ngomong. Saya nggak suka diperlakukan begini, saya ngomong. Dul...
  • It's what we called; Human Journey.
    Saat ini, saya hanya seorang perempuan biasa berusia 28 tahun. Dan setelah 28 tahun saya hidup, banyak sekali pertemuan dan perpisahan yang ...
  • Oh, I can see the pink sky (again, finally)
      “Nggak mungkin sih hidup begini banget terus hadiahnya cuma piring cantik” — me mumbling to myself after a rough day.   “Iya tau nanti sem...
  • Memaafkan Diri.
    So, someone noticed that it’s been months since the last time I wrote here. Ya, memang.   By the last post, you can see a short writing....
  • What if…?
    Pukul 01.28 dini hari. Tiba-tiba bangun, nggak bisa tidur lagi. Saya scroll-scroll TikTok, lanjut scroll-scroll blog ini. Saya nulis dari um...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Harta, Tahta, Margaretha.
Designed by OddThemes