Kehilangan Arah.

Saya pernah membaca sebuah tulisan berisikan “guide” untuk mendapatkan hidup yang bahagia. Salah satu pointnya adalah dengan mencoba untuk tidak peduli akan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Perbanyak tertawa, perbanyak melakukan hal menyenangkan, berpikirlah positif, dan sebagainya.


Tapi taukah kamu, semua diatas tidak dengan mudah dilakukan. Simpel memang kelihatannya. Anak kecil pun mungkin dengan mudah dapat memahami maksud dari beberapa pesan itu. Namun sekali lagi, melakukan itu semua tidak semudah yang dibayangkan.


Saya, menghabiskan masa kecil saya dengan ditinggal kemana-mana sendirian hanya bersama mbak pembantu, dititipkan sana sini, juga belajar sendiri sedari kecil, ya karena memang kedua orangtua saya yang kala itu merupakan pekerja luar kota yang sibuk dengan kemacetan dan segala urusannya masing-masing. Bisa ditebak, kini saya tumbuh dewasa sebagai seorang yang bisa dibilang cuek, dan tidak peduli akan apapun yang seharusnya bukan menjadi urusan saya.


“Eh tau gak si A tuh bla bla bla....”
“Ha masa sih?”
“Iya, emang kamu gatau?”
“Ngga, dan emang ga pengen tau..”

:))


Dulunya hal itu sering terjadi dalam lingkup kehidupan saya. Saya (dulunya) bukan tipikal orang yang haus untuk mengomentari apa yang orang lain kenakan, apa yang orang lain lakukan, apa yang orang lain makan, juga apa yang orang lain pikirkan tentang saya. Cuek saja.


Namun semua itu berubah lama kelamaan. Saya pindah rumah di daerah kampung di kota Malang. Tempatnya padat, tidak ada jarak antar rumah seperti rumah saya sebelumnya. Banyak warganya sering mengomentari warga lain, sering nimbrung untuk sekedar mengobrolkan hal tidak penting (yang menurut saya hanya akan menambah dosa karena pasti ujung-ujungnya bergosip), dan yang perlu digarisbawahi adalah, kebanyakan warga yang suka nimbrung sana sini itu adalah kaum laki-laki.


Saya, yang memang tergolong tidak pedulian, kala itu merasa fine-fine saja ketika teman-teman saya (kadang teman lelaki saya) datang ke rumah untuk sekedar singgah dan mengobrol sebentar. Ya, hanya singgah dan mengobrol sebentar. Saya juga santai saja menceritakan hal itu terhadap ibu saya, karena menurut saya itu sesuatu yang wajar dan tidak ada yang salah.


Namun kamu tau apa jawaban ibu saya?


Dengan sedikit membentak ibu saya berkata,
“Kamu jangan seenaknya gitu. Ada temen laki-laki ke rumah kalo pas lagi ga ada ayah atau ibu kan pasti dilihat orang lain ga enak. Ya walaupun nyatanya kamu memang cuma ngobrol aja di ruang tamu, tapi kan ga semua orang punya pikiran yang sama. Walaupun itu juga Anggian yang sahabatmu sendiri, kamu ga bisa seenaknya sendiri gitu.”


Saat itu, saya mulai kehilangan arah. Awalnya saya hidup santai dengan tidak peduli dengan apapun yang orang lain pikirkan, namun tiba-tiba ibu datang membawa sesuatu yang berbeda. Orang akan selalu memiliki penilaian, dan kadang juga tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan.


Namun salahkah bila memang kita memilih untuk tidak peduli?


“Loh, tapi kan aku sama teman-temanku itu juga cuma ngobrol. Lagian juga ga semua temanku yang datang itu laki-laki. Kadang kami ramai-ramai, kadang ya memang sendiri-sendiri. Apa yang orang lain bicarakan tentang saya nantinya juga bukan urusan saya, kan Bu?”

“Iya memang bukan urusan kamu, tapi kami orangtuamu merasa malu jika sampai nantinya mendengar orang lain bicara tidak baik tentang kamu, nduk.. Ibu dan ayah tau kalau kamu memang tidak melakukan hal buruk, tapi apa orang lain punya pikiran yang sama? Ibu dan ayah cuma mau melindungi kamu dari serangan omongan orang diluar sana yang tidak tau apa-apa tentang kamu..”


...kemudian yang saya ingat saya hanya menangis sesenggukan karena merasa kehilangan arah.


Ya, kehilangan arah.


......


Katanya, kita harus berpikir matang-matang
Maka aku berpikir matang-matang
Katanya, kita harus melompat setinggi mungkin
Maka aku melompat setinggi mungkin
Katanya, kita harus bertingkah baik-baik
Maka aku bertingkah baik-baik
Katanya, kita harus bertindak lemah lembut
Maka aku bertindak lemah lembut
Katanya, kita harus menjadi diri sendiri
Maka aku menjadi diri sendiri
Katanya, kita harus mengabaikan kata orang
Maka aku kehilangan tujuan.



-tha-



Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

4 komentar:

  1. Jika bukan katanya maka kamu akan membuka mata ,melihat dunia memilah baik dan buruk. Berperilaku sesuai keinginanmu namun tdk lupa dengan norma yang ada.

    Jika sesuai ya orang orang aja yang membudayakan rasanrasan.

    BalasHapus
  2. Jika bukan katanya maka kamu akan membuka mata ,melihat dunia memilah baik dan buruk. Berperilaku sesuai keinginanmu namun tdk lupa dengan norma yang ada.

    Jika sesuai ya orang orang aja yang membudayakan rasanrasan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. cuma kadang udah sesuai norma pun masih banyak yang suka komen om kweoo

      Hapus
  3. Kita ga bisa membuat semua orang puas atau senang dengan yang kita lakukan dan kita ada bukan untuk menuruti kesenangan semua orang. Meskipun kita sudah mrasa 100% baik, pasti ada yg tetap mencela. Keseimbangan mungkin kuncinya, akan ada yang suka dan tidak suka, dengan apapun yg kita lakukan.

    BalasHapus