Whatever Happens to Your Life....Be Happy.

Desember, 2012.


Kala itu saya dan keluarga sedang dalam acara liburan Natal dan merayakan tahun baru di Bali. Selama tiga hari berada disana, semua berjalan mulus dan menyenangkan. Sampai saat saya pulang dan sampai di Malang, tiba-tiba darah menetes keluar dari hidung saya. Ya, itu pertama kali saya merasakan yang namanya mimisan. Liburan yang terlampau menyenangkan (juga melelahkan) kemudian akhirnya membuat tubuh saya sering drop.


Januari, 2013.


Saya menemukan sebuah benjolan kecil di leher sebelah kanan saya, didekat collarbone (btw collarbones itu bahasa indonesianya apa yah). Tidak sakit, tidak ada pula rasa nyeri. Biasa saja. Saya beritahukan kepada ibu, dan ibu bilang mungkin saya hanya kelelahan, dan juga mungkin karena saya terlalu banyak makan junk food ketika berada di Bali, maka benjolan itu muncul. Kala itu, saya cuek saja. Tidak sebegitu peduli dengan kesehatan, toh selama saya tidak merasa sakit, itu berarti fine-fine saja, kan.


Februari, 2013.


Pemikiran saya akan kesehatan yang tergolong cuek perlahan mulai pudar. Benjolan yang ada di leher saya semakin membesar, saat itu sudah hampir sebesar bola pingpong sepertinya. Iseng-iseng saya tanyakan kepada sepupu saya yang seorang dokter, dan jawabannya membuat saya terkejut.


“Eh kok dibiarin aja? Cepet bawa ke rumah sakit, biar dibiopsi, itu bisa jadi tumor atau bahkan kanker”. Begitu kira-kira jawab sepupu saya.


Jreng........


Saya mendadak merasa ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Selama ini saya tidak sadar bahwa saya memang sering mengalami mimisan, bahkan pingsan apabila badan terlalu lelah. Ketahanan tubuh saya seperti hilang entah kemana.


Kemudian akhirnya ayah dan ibu membawa saya ke ahli pengobatan alternatif (akupuntur) dengan menggunakan obat-obat herbal ramuan China. Ayah tidak berani membawa saya ke rumah sakit, sebab beberapa waktu sebelumnya, beberapa anggota keluarga besar kami meninggal karena proses biopsi yang salah dan akhirnya membuat sel kanker yang ada makin menjalar ke organ tubuh yang lain. Karena saya orang yang tidak cukup mengerti tentang tindakan medis, maka saya nurut-nurut saja mau dibawa kemana, toh itu juga untuk kebaikan saya sendiri nantinya.


Kala itu ayah tidak membawa saya ke tempat pengobatan alternatif yang asal-asalan. Ayah membawa saya kepada seorang dokter (medis) yang memiliki sertifikat sebagai akupunturis (ahli akupuntur).


Dan benar saja. Setelah memeriksa saya dengan cara memasangkan beberapa jarum di bagian tubuh saya, dokter mengambil kesimpulan bahwa saya terkena leukemia. Tampak dari tangan dan bibir saya yang memang bisa dikatakan pucat karena tidak ada rona merah disana. Kata dokter itu karena sel darah putih dalam tubuh saya selalu “memakan” sel darah merah. Saya tidak tahu pasti, yang saya tahu hanya leukemia merupakan sejenis kanker darah yang disebabkan sel darah putih yang lebih banyak dari sel darah merah.


Dokter kemudian memberikan saya beberapa obat-obatan (ramuan cina) dan kemudian memberikan pantangan-pantangan makanan yang harus saya hindari. Tidak semua buah bisa saya makan, tidak semua makanan bisa saya makan. Tidak ada seafood, tidak ada makanan pedas (termasuk merica), tidak ada mecin (omg), tidak ada daging sapi (saya santai saja karena memang tidak suka daging dari dulu), tidak ada junk food, dan yang paling menyedihkan ialah tidak ada mie instan.


Pulang dari tempat pengobatan, ayah mengajak saya ke mall, untuk menghilangkan rasa shock saya terhadap vonis yang tadi dokter berikan. Ayah memberi saya semangat menjalani masa pengobatan dengan cara memberikan saya kesempatan terakhir untuk makan junk food, karena besoknya saya harus puasa dari semua makanan enak itu...


Semua saya jalani dengan hati yang, yah..bisa dibilang nyesek. Namun entah kenapa, saya merasa saya tidak ada yang perlu dibuat sedih. Saya jalani saja setiap hari membawa bekal yang rasanya hambaaaarrrr bangetttt karena tanpa merica, tanpa rasa pedas (yang sangat saya sukai), tanpa mecin, dan hanya sedikit garam. Saya jalani saja setiap hari membawa tiga botol obat, yang kemudian tiap empat jam sekali saya minum tujuh butir. Saya jalani saja setiap minggu harus bolak-balik kontrol ke dokter supaya keadaan saya bisa kembali, seperti dulu. Saya jalani saja hal itu terjadi sampai akhirnya setahun berlalu...


Dan kemudian saya dinyatakan sembuh dari leukemia.


Maret, 2013.


Saya ingat betul, kala itu ulangtahun saya. Saya menemukan dua benjolan kecil lagi di leher sebelah kanan, kali ini ukurannya lebih kecil dari ukuran benjolan sebelumnya. Ada satu benjolan pula di bawah ketiak.


Apa lagi ini?


Sesuai yang disarankan teman-teman kala itu, saya melakukan cek darah, kalau-kalau memang leukemia saya belum sembuh total. Dan hasilnya? Memang jumlah leukosit (sel darah putih) saya kala itu jauh diatas normal, dan sel darah merah saya masih diambang batas.


Ayah kemudian membawa saya ke dokter. Dan yang kami dapati adalah kanker kelenjar getah bening yang kini ada di dalam tubuh saya...


Karena stadiumnya yang masih awal, saya akhirnya hanya meminum obat-obatan tanpa harus kemo. Sungguh lelah rasanya, tiap hari meminum hampir 21 butir obat, detak jatung yang tidak karuan, tidak boleh ini, itu..


Selama hampir dua tahun saya berjuang, mungkin kelihatannya saya tidak banyak melalui perjuangan, namun andai kalian tau bahwa meminum berpuluh-puluh butir obat tiap hari, tidak boleh makan ini itu, harus rutin kontrol ke dokter yang tempatnya jauh, itu berat.....sekali.


Tapi ada satu yang membuat saya bertahan. Keluarga. Mereka ikut sakit ketika saya sakit. Ikut susah ketika saya susah. Ketika saya harus menghindari beberapa makanan, keluarga saya ikut menghindari makanan tersebut. Ketika saya harus kontrol ke dokter, ayah dan ibu saya bergantian mendampingi. Perhatian simpel memang, namun mereka berhasil membuat saya keluar dari jerat penyakit kanker.


....walaupun dia kembali lagi. Datang menggerogoti saya. Sukses membuat rambut saya rontok kembali.


Dan untuk kalian para penderita kanker, apapun itu, stadium berapapun itu, pesan saya hanya satu, berbahagialah. Saya tau itu berat, saya tau bagaimana kanker tidak hanya menggerogoti tubuhmu, namun juga semangatmu. Namun bagaimanapun, berbahagialah. Kamu terpilih karena kamu sanggup. :))





-tha-

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar